Technical Debt: Apa Itu & Bagaimana Cara Menghindarinya?

Dalam dunia pengembangan perangkat lunak, sering kali terdapat tekanan untuk merilis produk dengan cepat guna memenuhi kebutuhan pasar yang dinamis. Namun, kecepatan ini sering kali mengorbankan kualitas kode, desain arsitektur, atau pengujian yang memadai, yang akhirnya menumpuk menjadi apa yang dikenal sebagai technical debt. Istilah ini menggambarkan konsekuensi jangka panjang dari keputusan teknis yang terburu-buru, di mana kode dan sistem menjadi lebih sulit dipelihara, diperbaiki, dan dikembangkan.

Menurut survei yang dilakukan oleh Stripe pada tahun 2023, hampir 65% pengembang perangkat lunak menyatakan bahwa technical debt menghambat produktivitas mereka, sementara studi dari McKinsey memperkirakan bahwa sekitar 20-40% waktu pengembangan dihabiskan untuk menangani konsekuensi dari technical debt. Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang apa itu technical debt dan cara menghindarinya, tim pengembang dapat memastikan bahwa mereka tidak hanya fokus pada kecepatan, tetapi juga pada kualitas dan skalabilitas jangka panjang dari software yang mereka bangun.

Artikel ini akan membantu Anda memahami lebih dalam apa itu technical debt, dan bagaimana cara menghindarinya.

Apa itu Technical Debt?

Technical debt adalah metafora yang menggambarkan konsekuensi dari pengambilan keputusan teknis yang terburu-buru atau tidak optimal dalam pengembangan perangkat lunak. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Ward Cunningham pada tahun 1992 untuk menggambarkan situasi di mana tim pengembang “berutang” terhadap kualitas kode karena memilih solusi cepat dan sederhana, tetapi kurang ideal. Layaknya utang finansial, technical debt harus dibayar kembali dengan “bunga” yang berupa meningkatnya biaya perbaikan, kompleksitas kode, dan risiko terhadap stabilitas sistem.

Technical debt terjadi ketika tim pengembang mengambil jalan pintas, seperti mengabaikan praktik terbaik (best practice) dalam pengkodean, menghindari refactoring, atau menunda pengujian lengkap untuk mempercepat proses rilis. Meskipun keputusan ini bisa efektif dalam jangka pendek, mereka menciptakan masalah yang lebih besar di kemudian hari. Misalnya, kode yang tidak dioptimalkan akan lebih sulit untuk dipelihara, diperbaiki, dan dikembangkan, sehingga menurunkan produktivitas tim dan meningkatkan risiko terjadinya bug atau kegagalan sistem.

Terdapat berbagai jenis technical debt, mulai dari code debt yang muncul dari kode yang tidak terstruktur dengan baik, hingga design debt yang timbul akibat arsitektur sistem yang tidak skalabel. Semakin lama technical debt dibiarkan, semakin kompleks dan mahal untuk dilunasi, sehingga mengganggu kelincahan bisnis dan inovasi.

Jenis-jenis Technical Debt

Technical debt dapat muncul dalam berbagai bentuk yang berbeda, tergantung pada area pengembangan perangkat lunak di mana keputusan suboptimal diambil. Berikut adalah beberapa jenis technical debt yang paling umum:

  1. Code Debt
    Code debt adalah jenis technical debt yang muncul akibat kode yang tidak terstruktur dengan baik, penuh dengan pengulangan (redundansi), atau sulit dipahami. Ini bisa disebabkan oleh penulisan kode yang terburu-buru, kurangnya dokumentasi, atau penggunaan teknik coding yang tidak mengikuti praktik terbaik. Code debt menyebabkan pengembang lain kesulitan memahami atau memodifikasi kode, meningkatkan risiko bug dan menurunkan produktivitas.
  2. Design Debt
    Design debt terjadi ketika desain arsitektur sistem dibuat tanpa mempertimbangkan skalabilitas, fleksibilitas, atau kebutuhan jangka panjang. Misalnya, keputusan untuk menggunakan pola desain yang sederhana atau arsitektur monolitik mungkin mempercepat rilis awal, tetapi akan menyulitkan integrasi atau pengembangan lebih lanjut di masa depan. Design debt membuat sistem menjadi sulit untuk diperbaiki atau diubah, karena struktur dasarnya tidak memadai.
  3. Documentation Debt
    Dokumentasi yang tidak lengkap atau usang juga termasuk dalam technical debt. Dalam pengembangan software, dokumentasi yang baik sangat penting untuk menjaga keberlangsungan proyek, terutama ketika ada anggota tim baru atau ketika melakukan pemeliharaan di masa mendatang. Documentation debt terjadi ketika informasi penting tidak tercatat dengan baik atau diabaikan sama sekali, yang bisa menghambat proses pembaruan dan penanganan masalah.
  4. Test Debt
    Test debt terjadi ketika pengujian tidak dilakukan secara menyeluruh, baik karena pengujian manual yang tidak cukup, tidak adanya pengujian otomatis, atau cakupan pengujian yang minim. Hal ini menyebabkan banyak bug yang terlewat dan muncul di kemudian hari, sehingga memaksa tim untuk melakukan revisi dan perbaikan yang lebih intensif di masa depan. Test debt sering kali diakibatkan oleh tekanan untuk mempercepat rilis produk.
  5. Infrastructure Debt
    Infrastructure debt adalah bentuk technical debt yang berkaitan dengan infrastruktur pengembangan dan produksi. Ini bisa mencakup penggunaan alat, server, atau pipeline yang sudah usang atau tidak lagi memadai. Infrastruktur yang tidak dioptimalkan dapat memperlambat pengembangan, meningkatkan downtime, dan menyebabkan kesulitan saat melakukan scale-up.

Setiap jenis technical debt memiliki dampak yang berbeda, tetapi semuanya pada akhirnya memperlambat proses pengembangan dan meningkatkan biaya dalam jangka panjang. Untuk mengelola technical debt secara efektif, penting untuk memahami jenis-jenis technical debt ini dan bagaimana mereka memengaruhi keseluruhan ekosistem pengembangan perangkat lunak.

Bagaimana Menghindari Technical Debt

Meskipun technical debt mungkin tak sepenuhnya bisa dihindari, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk meminimalkan atau mengelolanya dengan lebih baik. Dengan fokus pada praktik pengembangan yang sehat dan perencanaan yang tepat, technical debt dapat ditekan sehingga tidak mengganggu proses pengembangan software jangka panjang. Berikut adalah beberapa cara untuk menghindari technical debt:

  1. Perencanaan dan Dokumentasi yang Baik
    Sebelum memulai pengembangan, penting untuk memiliki perencanaan yang matang dan dokumentasi yang komprehensif. Rencana yang jelas akan membantu tim dalam memahami kebutuhan dan tujuan proyek secara menyeluruh, sehingga keputusan teknis yang diambil tidak tergesa-gesa. Dokumentasi yang baik juga memudahkan anggota tim untuk memahami kode dan arsitektur yang sudah ada, mengurangi risiko debt di masa depan.
  2. Refactoring Teratur
    Refactoring adalah proses memperbaiki kode tanpa mengubah fungsionalitasnya. Melakukan refactoring secara berkala memastikan bahwa kode tetap bersih, terstruktur, dan mudah dipelihara. Dengan menjadwalkan waktu khusus untuk refactoring, tim dapat mencegah penumpukan code debt yang sering kali menjadi akar dari masalah technical debt lainnya.
  3. Praktik Kode yang Bersih (Clean Code)
    Menerapkan prinsip clean code adalah salah satu cara paling efektif untuk menghindari technical debt. Ini mencakup penulisan kode yang mudah dibaca, modular, dan sesuai dengan standar pengembangan terbaik. Dengan mengikuti praktik clean code, seperti memberi nama variabel yang deskriptif, meminimalkan kompleksitas, dan menggunakan struktur yang logis, tim dapat menghindari potensi debt yang timbul dari kode yang berantakan dan sulit dipahami.
  4. Pengujian Otomatis dan Lengkap
    Pengujian otomatis memungkinkan tim untuk mengidentifikasi bug sejak dini dan menjaga kualitas kode seiring pertumbuhan proyek. Membangun pipeline pengujian otomatis yang mencakup unit test, integration test, dan end-to-end test membantu mencegah test debt. Dengan cakupan pengujian yang baik, kode dapat lebih mudah diperbaiki dan diubah tanpa risiko memperkenalkan bug baru.
  5. Investasi dalam Desain dan Arsitektur yang Baik
    Memulai dengan desain arsitektur yang scalable dan fleksibel akan sangat membantu dalam mencegah design debt. Sebelum menulis kode, pertimbangkan kebutuhan jangka panjang dan bagaimana sistem dapat berkembang. Pilihan teknologi, pola desain, dan struktur arsitektur yang tepat memungkinkan pengembangan dan pemeliharaan yang lebih mudah, serta mengurangi kemungkinan technical debt.
  6. Kolaborasi Tim dan Keterlibatan Stakeholder
    Komunikasi yang efektif antara tim pengembang dan stakeholder penting untuk menghindari keputusan tergesa-gesa yang dapat menyebabkan technical debt. Diskusi yang melibatkan semua pihak memungkinkan identifikasi kebutuhan prioritas yang sebenarnya, serta memastikan keputusan teknis didasarkan pada keseimbangan antara kecepatan pengembangan dan kualitas jangka panjang.

Dengan menerapkan strategi-strategi ini, tim pengembang dapat menjaga keseimbangan antara kebutuhan jangka pendek dan keberlanjutan proyek dalam jangka panjang. Menghindari technical debt bukan hanya soal memperlambat perkembangan proyek untuk melakukan perbaikan, tetapi juga tentang membangun fondasi yang kuat dan berkelanjutan.

Penutup

Technical debt adalah tantangan yang sering kali tak terhindarkan dalam pengembangan perangkat lunak, tetapi dengan pemahaman dan manajemen yang tepat, dampaknya dapat diminimalisir. Menghindari technical debt memerlukan keseimbangan antara kecepatan dan kualitas, serta komitmen untuk terus menjaga kebersihan dan kejelasan kode. Dengan penerapan strategi seperti perencanaan yang matang, refactoring berkala, dan pengujian otomatis, tim pengembang dapat menciptakan software yang stabil dan scalable tanpa terbebani oleh technical debt di masa depan.

Jika Anda mencari mitra pengembangan software yang tidak hanya memahami pentingnya kualitas kode tetapi juga berkomitmen untuk menghindari technical debt sejak awal, Pollux Integra adalah pilihan yang tepat. Sebagai software house berpengalaman, kami menawarkan solusi pengembangan custom yang terstruktur dengan baik, didukung oleh praktik terbaik dalam coding, desain arsitektur, dan pengujian. Hubungi kami di Pollux Integra untuk mendiskusikan bagaimana kami dapat membantu Anda mengembangkan software yang handal dan berkelanjutan.